Welcome n Plz Go Covid 19

Senin sore itu saya mulai gelisah…karena belum ada kabar dari suami….perihal hasil swab pcr nya. Sampai tengah malam belum ada kabar jg…mungkin beliau masih sibuk operasi bedah mikro. Karena lelah menunggu akhirnya saya ketiduran jg…pk 01.00 kaget…Gilang, anak laki laki kami mengetuk pintu dan memberi kabar bahwa hasil swab Ayahnya positif dan Ayahnya dalam 30 menit kedepan in syaa Allah sampai di rumah, minta disiapkan kamar sendiri dan baju baju, isolasi mandiri. Gilang putera kami komentar, “Kalau Papa positif….berarti kita serumah bisa positif semua, Ma ?” Saya jawab, “Kita harus ikhlas Gil, tetap berfikir positif terhadap kehendak Allah…in syaa Allah semua ada hikmahnya…ini yg terbaik qodarullah” sambil saya menyiapkan kamar untuk suami isolasi mandiri.

Yang jadi masalah, Ahad kemarin, kami menerima tamu dalam rentang waktu lama dari siang sampai tengah malam…ada keponakan, cucu, dan kakak sekeluarga yg datang berkunjung sampai setelah makan malam masih berlanjut, dan celakanya saya tidak pakai masker. Suami tetap pakai masker. Segera kami beritahu mereka hasil swab suami yg positif, semoga mereka semua tidak bergejala apapun. Tapi ada keponakan/ suami istri yg demam dan batuk setelah dari rumah kami, mereka segera swab di EMC Sentul, Alhamdulillah hasilnya negatif.

Dua hari suami diisolasi, saya mulai merasakan gejala gak enak…badan lemas…sendi-sendi tulang nyerii semua….kepala sakit tidak berkurang…mual…dan muntah…badan menggigil terus menerus meskipun bolak balik minum paracetamol. Akhirnya saya jg harus isolasi di kamar sendiri…alat makan alat minum, pakaian …terpisah semua…saya buat air rendaman sabun sendiri agar virus dipakaian yg nempel segera mati. Hari ketiga….saya dan suami setelah sholat Subuh memaksakan diri rontgen paru di RS PMI…hasilnya buruk. Keesokannya saya dites swab pcr di RS EMC Sentul….hasilnya sehari kemudian…yaitu positif…hasil swab suami masih positif…CT 20…kami lanjut isolasi mandiri sampai hari ke-8 tapi kondisi memburuk…nafsu makan turun drastis…anak kami yg ketiga mulai bergejala demam dan batuk…gawat…serumah bisa terpapar semua kalau kami tetap isolasi mandiri di rumah…kamipun bertambah sesak saturasi menurun…dan batuk tidak berhenti, akhirnya kami memutuskan untuk dirawat di RS saja.. kami dibawa Gilang Kamis malam pk. 20.30 ke RSCM Kiara, Alhamdulillah ada hazzmat dan masker lengkap yg bisa dipakai Gilang selama nyetir mengantar kami ke Jakarta, suami sepanjang jalan tidak mau pakai masker karena sesak…yaa Allah semoga putra kami Gilang kuat…tidak terpapar virus dari kami. Saya berpesan kepada Gilang, “Gilang, nanti selesai antar Mama dan Papa, sampai di rumah, di garasi langsung buka dan buang semua hazzmattnya…Gilang cuci tangan dg sabun…masuk rumah mandi keramas…ganti pakaian semuanya dan istirahat yaah”

Sampai di Kiara, kami langsung transit masuk dikamar isolasi B, ada kapasitas 2 bed, ada seorang ibu usia 60an sedang terbaring lemah…dilorong sebelah…penuh berjajar pasien yg termenggeh-menggeh nafasnya….membuat suasana hati kami jadi horror ketar ketir….yaa Allah….selamatkan kami.

Sambil nunggu saya berbaring menahan kantuk di samping si ibu yg terlihat kedinginan tidur tanpa selimut…”Yaa Allah beri kekuatan dan kesembuhan bagi ibu ini”.

Suami duduk di kursi, menunggu diambil sampel darah dan rontgen paru. Tak lama ambil sampel darah..kami langsung ke ruang rontgen. Dari ruang rontgen transit lagi di ruang UGD yg kosong ada 5 bed…sekitar setengah jam kami menunggu sebelum masuk ruang rawat di lantai 6. Alhamdulillah….saya dan suami dirawat di satu ruangan berdua, kapasitas 3 bed, ada toilet yg bersih full air panas…AC sangat dingin.

Alhamdulillah…di RS kami tidak kekurangan makanan…malam itu ada adik yg mengantarkan roti dan air minum, ada kakak yg mengantarkan pudding…kue, kerudung, buah dll, ada residen suami yg tengah malam masih membawakan bingkisan kue-kue kaleng, ada sejawat yg mengantarkan air zam zam, dr. Heny mengantarkan susu milo, kopi, burger, jahe, dll

Alhamdulillah…ada Kepala Departemen Bedah, dr.Sonar Panigoro yg titip termos air panas untuk kami minum obat. Mungkin beliau sempat pengalaman sehari di rawat di Kiara karena positif covid jg, dan beliau menyadari tidak nyamannya tidak ada air panas untuk minum obat.

Ada perawat yg membawakan buah-buahan, ada yg membawakan kue nogosari dan cemilan kripik, bahkan ada Pak Satpam yg mengantarkan salad buah dan sop buah. Ada yg membawakan masker, gelas sekali pakai, larutan nacl untuk cuci hidung,

Di rumah…Alhamdulillah…anak anak kami Binar, Gilang, Tiara, dah Fahma jg tidak kekurangan makanan…ada tante Vima dan Bude Lena sekeluarga yg setia mengirimi anak-anak makanan, ada dr. Adit kirim klapertart dan lasagna…ada Teh Ika yg ngirimin cemilan banyak bgt…ada Teh Nonon….Teh Enzo….ibu-ibu Posku Kuttab Al Fatih sholihah yg mengantarkan makanan ke rumah…Bu Mia, Mama Cica, Teh Yuli, Teh Astrid, Mba Sasti, Teh Ochie, Bu Ria, Bu Hasna, Bu Novi, Teh Ratna dan Teh Wini …terimakasih lillah…sudah memenuhi kebutuhan anak anak kami di rumah….semoga Allah Ta’ala membalasnya dg limpahan Rahmat dan berkahNya fiddunya wal akhirah.

Tidak di rumah, tidak di RS…akhirnya kami sibuk membagi-bagikan makanan agar tidak mubazir, kami kasihkan lagi ke petugas yg nyapu lantai, yg ngepel lantai, yg membersihkan sampah, petugas kurir, perawat.

Ada yg bilang sejatinya, rejeki kita itu cuma yg sempat masuk ke mulut kita…yg kita kunyah makan, telan dan kita nikmati…apakah betul ? Bukannya rejeki abadi kita adalah yg kita bagi- bagikan…kita titipkan lewat orang-orang…yg kelak akan dikembalikan pahalanya kepada kita di akhirat ?

Sebelum masuk RS, GD saya normal saja 150an, setelah diberi obat batuk dextametason, GD langsung naik jadi 280, 330, 370….akhirnya saya sebelum makan disuntik insulin dulu 6-8 unit..tes GD 3-4 x sehari…yaa Allah

Minum obat oral 3x sehari, vit D 500 iu, sistenol, omeprazole, fluimucyl, obat drip infust anti virus remdesivir 6 vial selama 6 hari, vit c, fluimucyl setiap malam, dan diberi 5 macam obat yg disuntik via infust setiap pagi dan sore. Obat antivirus yg diberikan gratis kepada kami itu, harganya 3 juta/vial x 6 = 18 juta/orang untuk antivirusnya saja. Subhanallah.

Hari kedua ada surprise, seorang perempuan dg hazzmat lengkap masuk menyapa dengan sangat ramah dan sumringah…”Ibu…saya datang…ayo tebak siapa saya ? Hihihi…spontan saya jawab, Mba yg kemarin kan ? “Hahaha…suami saya langsung jawab, “Ini Salimah, De. Sekarang dia endut…jadi ade gak ngenalin heheheh.”

” Ah dokter bisa aja Bu, ini karena aku pakai baju teletabies…hahaha…”Kami spontan tertawa berderai derai…tidak mengira setelah 16 tahun lalu sempat bareng di Taiwan…akhirnya bertemu di ruang penderita covid 19…dan Sali masih seorang perawat yg luar biasa berani datang menantang maut untuk sengaja menengok dan menghibur kami, gayanya tetap bersahaja melayani…memeriksa kebersihan ruangan dan toilet kami. Dulu waktu di Taiwan, Sali sempat dilamar seorang dokter digestive dari India. Pulang ke Indonesia, Sali sudah 2x menikah dan kedua suaminya meninggal, putranya 1 bernama Atta kls 4 SD. Semoga Allah senantiasa menjaga Sali dan Atta…dicukupkan semua kebutuhan…sehat wal afiat fiddunya wal akhirah…barakallahu fiikuma…terimakasih Sali sudah datang menguatkan…bighhugh

Terimakasih kepada tim perawat mas Rian Crene seko Pati, mas Yanuar seko Purwokerto, A Soni dari Dramaga, mba Vany, mba Anne, mba Anggie dan semua relawan covid di Kiara RSCM.

Terimakasih kepada Tim dokter Robert Shinto Internist, dr. Cici dyl yg telah memberikan formula tepat untuk melawan virus covid 19 di tubuh kami dg ijin Allah Ta’ala

Terimakasih kepada Bi Uda/Meidiana Bangun dan Bu Dewi, Kepala Ruangan Kiara lt.6 yg telah menyiapkan ruang rawat spesial untuk kami berdua.

Terimakasih Pak Sunardi seko Tegal, Kepala ruangan lt.7 yg rajin nengok bawakan kami nasi uduk dll.

Terimakasih kepada Direktur Medik dan Keperawatan RSCM, dr.Sumaryono yg telah membantu, memonitor dan mendukung kesembuhan suami saya.

Terimakasih tak terhingga kepada, Chairman CT Corp, Bapak Chairul Tanjung berkolaborasi dengan Bank Mega, Astra, dan Indofood. sudah berjasa besar menyempurnakan segala sarana dan prasarana sehingga Kiara RSCM dapat dioperasionalkan optimal sebagai Pusat Penanganan Covid 19.

Sungguh luar biasa… dalam waktu 2-3 bulan saja, Beliau mampu menjadikan Kiara RSCM yg proyeknya terbengkalai selama 10 tahun…terkendala dengan banyak masalah, akhirnya berkat bantuan dan hibah dari Beliau Kiara RSCM bisa berfungsi sesuai dengan tujuannya.

Terimakasih untuk semua curahan doa dan air mata Ibunda tercinta, Hj. Ratna dan Ayahanda Murtani, saudari-saudariku, Kak Lena, Kak Euis, Kak Tina, Kak Anne, Kak Iyul, Vima dan Wa Emi. keponakan, cucu, kerabat, teman-teman di KontaQ, Ustadzah Dian dan Guru-guru di AT Taufiq, Teman dan Guru-Guru di Kuttab Al Fatih Bogor….tak lupa do’a anak-anak yatimnya mba Pious dari PonPes Lamongan yg turut mendo’akan kami….masyaa Allah….jazakumullahu khairan katsiran.

Terimakasih Mba Anggie, Mba Hanum, dan Bang Harun yg sigap bekerjasama mensteril seluruh ruangan di rumah kami sehingga anak-anak tenang dikarantina di rumah.

Untuk melawan Covid 19…akhirnya saya dan suami harus ikhtiar maksimal dirawat di RS….padahal seumur pernikahan kami, saya tidak pernah opname…bahkan melahirkan ke-4 anak kami saja, saya tetap di rumah.

#Stayhealthy

#tetap jaga protokol kesehatan dimanapun berada

# tetap pakai masker

# preventive better than curative

penyakit ini sangat sangat luar biasa…semoga dijauhkan semuanya

#keephappylillah

Tinggalkan komentar