Pilih air atau tissue ?

image107.jpg

Di Indonesia, budaya membersihkan diri setelah BAK/BAB pada umumnya menggunakan air dan sabun, sebagian orang setelah dibersihkan dengan air dan sabun, kemudian dikeringkan dengan tissue. Oleh karena itu, pada umumnya kamar mandi atau WC umum di Indonesia menyediakan tempat/bak penampung air berikut ciduknya (WC basah).

Di kota-kota besar di Indonesia, khususnya di pusat-pusat perbelanjaan/mall, trend wc kering mulai banyak kelihatan, di dalam WC tidak ada lagi bak/ember penampung air, sebagai ganti untuk membilas disediakan kran selang yg langsung menyatu dengan wc set, bila perlu tinggal digunakan dengan cara di tekan atau di putar. Diharapkan, dengan wc kering, kebersihan lebih terjaga, tidak lagi kotor dan becek karena air dari bak penampung yg tumpah kemana-mana. Di dalam wc kering, biasanya juga disediakan tissue dan tempat sampahnya.

Di Taiwan, seperti juga di China, Jepang, dan negara-negara di Eropa dan Amerika, budaya membersihkan diri setelah BAK/BAB adalah dengan menggunakan tissue saja. Setelah itu, baru mereka cuci tangan dengan sabun di washtaffel. Oleh karena itu semua wc umum adalah wc kering, tidak disediakan kran air, bak penampung air, ciduk air, dan kran selang untuk bilaspun tidak ada, yang ada hanya wc duduk/jongkok dengan tombol penyiram wcnya, tissue dan tempat sampahnya. Kecuali, di perumahan/apartemen, tiap kamar mandi ada bathtube dan washtaffel yg airnya dapat digunakan. Tentu saja, budaya yang berbeda ini, sedikit menimbulkan ketidaknyamanan untuk orang Indonesia yang bepergian ke luar negeri. Mungkin sama tidak nyamannya seperti orang bule yang masuk ke kamar mandi/wc yang becek di Indonesia.

Pada mulanya, bingung juga kalau kebelet mau BAB di perjalanan, karena tidak terbiasa, kayaknya ada rasa geli dan jijik membersihkan sisa feces di anus kok cuma pakai tissue. Perasaan masih lengket dan baunya masih tercium, meskipun tissuenya sudah putih, pertanda sudah tidak ada sisa kotoran yg nempel. Orang Jawa bilang, kurang “marem” (tidak puas), kalau belum bilas dengan air dan sabun.

Kalau ingat pelajaran tentang Taharah atau tata cara bersuci, dalam agama Islam, kita mengenal istilah “Istinja” yaitu membersihkan Qubul/vagina setelah BAK dan membersihkan Dubur/anus setelah BAB, apabila tidak ada air, maka bisa memakai tissue/kertas, daun, batu, dll., yang penting sampai bersih dan tidak berbau lagi.

Biasanya, yang paling sering kebelet BAB di jalan, adalah Binar. Karena itu mungkin, akhirnya Binar menemukan ide untuk membilas dengan air, meskipun tidak disediakan air untuk bilas. Caranya, pakai air bersih yang keluar dari penyiram wc, ambil tissue, kemudian basahkan dengan air tsb, dan bilaskan ke anus atau vagina, diulang-ulang sampai bersih, terakhir keringkan dengan tissue, dijamin lebih nyaman dibandingkan dengan pakai tissue saja, atau pakai air saja. Kalau dibiarkan basah setelah dibilas, bokong dan Vagina bisa lembab, lembab mengundang jamur kulit. Setelah itu, baru cuci tangan pakai sabun di tempatnya/washtaffel. Biasanya, jika bepergian, saya selalu membawa cairan pembunuh kuman seperti “antis atau Handyclean”, antisipasi apabila tidak ada sabun.

BTW soal wc, menurut saya, wc yang hygienis untuk di tempat umum adalah wc jongkok, kebayang kan bagaimana cara memakai wc duduk ? Wc duduk, dipakainya kan menempel dengan kulit bokong dan paha setiap pemakai, mungkin saja bisa tertular penyakit kulit. Mungkin, karena itu suka ada wc duduk yg kelihatannya kotor, karena ada orang yang merasa jijik untuk duduk, akhirnya memilih jongkok di wc duduk. Tapi, sebaiknya kalau kepepet harus memakai wc duduk yang terlihat kotor, sebelum duduk, diseka saja dulu dengan tissue yang sudah dibasahi dengan cairan pembunuh kuman. Jangan jongkok di wc duduk, karena bisa berbahaya, wc bisa ambruk atau patah, patahan wc tsb bisa melukai punggung.

2 Responses to Pilih air atau tissue ?

  1. Comprehensive Work, I liked It, Thanks

Tinggalkan Balasan ke city in mexico picture Batalkan balasan